Ulama Nusantara KH. Imron Hamzah


Imron Hamzah, KH ( 1937-2000)

Seorang ulama pengasuh Pondok Pesantren mubaligh, Politisi dan tokoh jami’iyyah Nahdlatul Ulama cukup terkenal dari jawa Timur. Ulama yang moderat, Sederhana tetapi tegas dan cukup di segani di lingkunganya dan aktivis organisasi yang tidak mengenal istirahat walaupun dalam keadaan sakit, Ia memberikan pelayanan kepada warga Nahdliyin Khususnya.
            Imron dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1937 ( ada sumber menyebutkan 1938 ) di desa Ngelom kecamatan Taman (terkenal dengan Sepanjang) kabupaten Sidoarjo. Beliau anak kedelapan dari sebelas besaudara lahir dari pasangan KH. Hamzah Ismail dengan Hajjah Muksimah. Ayahnya terkenal sebagai pengasuh pesantren di Ngelom, yang mempunyai garis keturunan keatas pada Joko Tingkir ( Mas Karebet) atau Sultan Hadiwijaya, Pendiri kerajaan Pajang pertengahan abad 16.
            Sebagai putra seorang Kiyai, Ia mendapatkan pendidikan keilmuan sejak masa kanak-kanak dari lingkungan keluarganya sendiri. Umur 9 tahun Imron dikirimkan ke pondok pesantren Tebuireng Jombang bersamaan kakak tertuanya Muhammad Rifa’i untuk belajar ke Hadrotu Syech Hasyim Asy’ari. Yang saat itu berusia senja. Dari Tebuireng ia mondok di pesantren Buntet Cirebon dan selama 3 tahun di pesantren yang terkenal dengan ilmu-ilmu kanuraganya tersebut. Selanjutnya ia kembali ke Jombang mondok di pesantren Darul Ulum dibawah asuhan KH. Romli Tamim dan KH. Dahlan Khalil hingga 1954. Ia dapat menamatkan pendidikanya di Madrasah tsanawiyah pada tahun tersebut dan melanjutkan ke SMA hingga kelas 2.
            Sebagai santri penggemar ilmu, Imron Hamzah belum mau pulang kampung sebelum berhasil, maka dari Darul Ulum Rejoso Peterongan, Ia melanjutkan ke Jawa Tengah dengan mondok di pesantren Al- Hidayah sekitar Lasem (Rembang) dibawah asuhan KH. Maksum ( Ayahanda KH. Ali Maksum Rois Aam Syuriah PBNU 1984-1989 ). Ketika berada di Lasem sempat pula ia mengkaji di Pesantern Salatiga dan pesantren Krapyak Bantul ( Jogjakarta ) yang di asuh KH. Ali Maksum.
            Selama lebih kurang 10 tahun di Lasem disamping memperdalem ilmu-ilmu keislamaan, Imron Hamzah yang sudah menjadi kiyai muda, lebih banyak aktif dalam kegiatan pendidikan dan organisasi. Ia ikut mendirikan SMI ( Sekolah Menengah Islam ) Lasem dan bahkan di angkat sebagai kepala sebelumnya ( 1959-1961 ) . Setahun kemudian ia di angkat sebagai wakil ketua kemudian ketua pengurus cabang partai NU Lasem ( 1962-1965 ). Sebagai ketua cabang NU kiyai Muda  yang menjadi cucu menantu dari KH. Maksum ini banyak berkiprah dalam menghadapi PKI dan ia tampil sebagai wakil ketua komandan pengganyangan PKI di Lasem.
            Setelah Pulang ke kampung halamannya Ngelom Sepanjang (1967). Kiyai Imron Hamzah langsung aktif dalam kegiatan di lingkungan NU, diawali dengan menjabat sebagai penerapan  pimpinan wilayah PERTANI ( Persatuan Tani NU ) Jawa Timur dan setahun kemudian sebagai ketua Departemen penerapan pada pimpinan wilayah GP ANSOR Jawa Timur baik syuriah maupun Tanfidziyah. Cukup lama ulama ini menjabat Katib Syuriah Syuriah PWNU Jawa Timur (1967-1983), kemudian wakil ketua PWNU Jawa Timur ( 1983-1987) dan setelah satu masa Khidmat berada dalam jajaran Tanfidziyah, Ia kembalai ke jajaran Syuriah sebagai wakil Rois Syuriah PWNU Jawa Timur ( 1987-1992 ). Dalam konfrensi periodik PWNU di pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ( 1992 ) Ia terpilih sebagai Rois Syuriah PWNU Jawa Timur dan kedudukan terhormat ini dipegangnya kembali melalui konfrensi periodik PWNU di pesantern Al- Falah Ploso Kediri (1997). Dua tahun kemudian jabatan ini dilepaskannya karena ia terpilih sebagai salah seorang Rois Syuriah PBNU dalam Muktamar NU ke – 30 di pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo Kediri 20-27 November 1999, Bersamaan dengan terpilihnya ketua PWNU Jawa Timur KH. Hasyim Muzadi sebagai ketua Umum PBNU menggantikan KH. Abdurahman Wahid yang terpilih sebagai Presiden Indonesia. Kedudukanya sebagai Rois Syuriah PBNU dipegangnya sebagai amanah Muktamar hingga akhit hayatnya.
            Sebagai ulama pengasuh pesantren dilingkungan NU, KH. Imron Hamzah aktif dalam kepengurusan RMI ( Rabithah Ma’had Islamiyah ) atau perhimpunan pondok pesantren sebagai badan otonom milik NU. Ulama ini cukup lama menjabat ketua PP RMI menggantikan  KH. Makhrus Ali yang wafat tahun 1985 dan baru di gantikan KH. Abdul Aziz Masyhuri 1994.
            Ulama yang pernah menjadi dosen beberapa perguruan tinggi di Surabaya, dikenal juga sebagai seorang politisi, sesuai dengan sepak terjangnya politik NU masa lalu. Karir politiknya di awali dengan menjadi anggota DPRD GR Jawa Timur pada awal orde baru dan di lanjutkan sebagai anggota DPRD I jawa Timur mewakili partai NU dalam pemilu 1971. Ia dalam beberapa periode menjadi anggota DPRD I jawa Timur dan terakhir menjabat sebagai wakil ketua DPRD I masa bakti 1982-1987. Dengan karirnya PPP ( Partai persatuan Pembangunan) 5 Januari 1973 sebagai fusi dari partai NU, Permusi, PSII, dan Perti. KH. Imron Hamzah ikut aktif didalamnya , bahkan menjabat sebagai wakil ketua DPW PPP Jawa Timur ketika ketuanya di jabat oleh KH. Abdullah Sidiq kemudian KH. Hasyim Latif (1973-1986). KH. Imron Hamzah pada pasca kembalinya NU ke Khittah 26, pernah juga menjabat menjadi anggota MPR RI mewakili Golkar ( 1987-1992 ) dan pada periode 1992-1997 mewakili aturan daerah.
            KH. Imron Hamzah tergolong ulama dan mubaligh yang lebih mengkonsentrasikan waktunya untuk mengurus organisasi dan memberikan pelayanaan kepada umat. Dalam keadaan sibuk ataupun sakit Ia masih melaksanakan kegiatan dakwahnya di berbagai daerah. Tentu saja di samping kegiatan pengajian kitab rutin di pesantren yang di asuhnya. Demikian juga istrinya Hajjah Hursiyah sebagai pendampingnya setia dan sebagai pengurus muslimat NU dan LKK NU Jawa Timur.
            Kegiatan KH. Imron Hamzah mulai berkurang intensitasnya setelah serius menderita sakit terutama seusai Muktamar NU ke 30, Ia keluar masuk rumah sakit dan menjadi perawatan beberapa kali dan cukup lama di RSI maupun RS Dr. Sutomo Surabaya. Bahkan pernah juga menjalani koma. Akhirnya ulama ini wafat pada hari Selasa, 23 Mei 2000 dan dimakamkan di makam keluarga KH. Hamzah di Ngelom Sepanjang Taman Sidoarjo.

Referensi:
  • Ibnu Anshori dan Mukhlisin, KH. Imron Hamzah, Sang Mpu idu geni Jawa Timur LTN-NU Jatim Surabaya 2002.
  • Direktori Pesantren, P3M. Jakarta 1986.
  • Sumber-sumbe lain yang bersangkutan
  • Aula no.09/XIV/Oktober 1992
  • Aula no.10/XIX/Oktober 1997

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ulama Nusantara KH. Imron Hamzah"

Post a Comment